Sabtu, 17 Mei 2008

HERCULES SANG PEMBURU AWAN
Oleh : Lettu Pnb Taufik Nur Cahyanto


“ Jargon Indonesia sebagai eksportir asap terbesar di Asia Tenggara membuat pemerintah berpikir keras untuk mengatasi problem yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir ini. Bila kita cermati kegiatan kebakaran dan pembakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan ini merupakan kegiatan tahunan yang seakan-akan telah terprogram. “

Hercules Sebagai pesawat multi fungsi akhirnya turun tangan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Dengan sedikit memodifikasi cargo compartment berangkatlah Sang Hercules menuju sasaran layaknya tokoh Hercules dlm mitos Yunani kuno yang siap menjadi pahlawan.

Tehnologi Modifikasi cuaca ( Hujan buatan ) menjadi salah satu kemampuan pesawat C-130 Hercules yang telah tercatat dalam kegiatan penanggulangan kebakaran hutan di Wilayah Sumatera dan Kalimantan.



a. Sebuah tugas dalam mengatasi kebakaran hutan dengan TMC ( Tehnologi Modifikasi Cuaca )

Hari itu skadron udara 32 satuan yang mengawaki pesawat C-130 Hercules mendapat telegram, yang inti isinya adalah disiapkan 1 buah pesawat C-130 untuk melaksanakan modifikasi pesawat dalam rangka melaksanakan misi hujan buatan ( Tehnologi Modifikasi Cuaca ). Tugas ini memang bukan tugas pertama bagi kita, namun sudah yang kesekian kali bagi satuan Skadron udara 32.
Satu pesawat C-130 B , A-1303 beserta crew akhirnya berangkat menuju ke Sathar 15 Depohar 10 Husen, dalam rangka modifikasi cargo compartement untuk menunjang proses penaburan bahan kimia sebagai pemicu terjadinya titik-titik air dalam awan sehingga terjadilah yang dinamakan hujan. Dalam waktu kurang lebih 1x 24 jam proses pemasangan console di cargo compartement telah tuntas. Memang terkesan cukup sederhana dan masih konvensional dengan mengutamakan tenaga manusia sebagai factor utama dalam proses penyemaian bahan kimia.
Setelah pemasangan console tersebut kami melenjutkan penerbangan menuju Halim , guna mendapatkan perintah lebih lanjut. Setelah diadakan koordinasi kami mendapat spot di daerah Kalimantan Selatan, khususnya daerah Banjarmasin dan sekitarnya. Bergeraklah 1 buah pesawat C-130 / A-1303 menuju ke sasaran bersama tim BPPT sebagai Flight Scientist yang bertugas menganalisa jenis awan yang mempunyai kemungkinan terjadinya hujan.


b. Apakah Hujan buatan ( Tehnologi Modifikasi Cuaca ) ??

Tehnologi Modifikasi Cuaca atau yang biasa dikenal masyarakat awam sebagai hujan buatan merupakan Intervensi manusia pada proses pembentukan hujan di dalam awan. Dengan Intervensi ini , proses di dalam awan akan menjadi lebih efisien dari proses yang sebelumnya berjalan secara alami. Ini diperoleh melalui proses yang dikenal dengan tumbukan dan penggabungan antara tetes awan dengan partikel bahan semai yang telah berubah dari padatan menjadi cairan. Intervensi dilakukan dengan menginjeksikan bahan yang disebut bahan semai ( seeding agent ) ke dalam awan.
Dengan meningkatnya efisiensi proses hujan, diperoleh 4 manfaat sekaligus yaitu : 1. hujan yang keluar dari awan di induksi menjadi lebih cepat turunnya, 2. Lebih banyak jumlahnya, 3. Lebih luas daerahnya, dan 4. Lebih sering frekwensinya. Jadi dengan intervensi ini, diharapkan dapat diperoleh menfaat yang besar yaitu tambahan curah hujan ( additional rainfall ) pada daerah yang luas.
Injeksi bahan semai perlu dilakukan dengan mempertimbangkan 3 hal, yaitu tepat waktu, tepat tempat dan tepat jumlah. Bila ini tidak diindahkan atau dilaksanakan dengan tidak cermat, maka empat (4) manfaat yang telah disebutkan sebelum ini tidak pernah didapatkan. Secara Umum ini disebut sebagai Targeting. Targetting merupakan aspek paling sulit dalam pelaksanaan TMC.
Injeksi bahan semai hanya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dibawah dasar awan pada medan updraft ( cloud base seeding ), penetrasi ke dalam awan pada medan updraft, atau dari puncak awan pada jenis awan dingin ( cold cloud).
Medan Updraft merupakan sifat internal awan yang hanya terbangkit bila awan sudah menjadi akif,yaitu awan cumulus dalam tahap berkembang, atau pada awan cumulus yang telah matang. Tidak semua bagian pada dasar awan dipengaruhi oleh medan updraft. Dalam prakteknya ,medan updraft dicari oleh pilot pesawat yang melakukan penyemaian. Sebagai konsekwensi hokum kekekalan masa, maka pada bagian lain di dasar awan terdapat pengaruh medan tandingan yaitu medan downdraft. Menaburkan bahan semai di bawah dasar awan atau di dalam awan tetapi pada medan updraft tidak memberikan efek sebagaimana diharapkan terhadap awan tersebut.
Sebagai ringkasan,semua proses dan dinamika awan yang telah disampaikan sebelumnya hanya terjadi di dalam awan , sehingga tidak mungkin melakukan intervensi proses bila awannya sendiri tidak ada. Dengan keterbatasannya itu, maka singkatnya bagi TMC : No Cloud ,no seeding. Jadi bila kita ingin ada hujan maka harus ada awan. Awan hanya ada bila kondisi atmosfer mendukung , salah satunya yaitu bila jumlah uap air cukup banyak. Penyemaian awan tidak dapat dilaksanakan untuk memadamkan kebakaran hutan apabila kondisi atmosfer tidak mendukung untuk pembentukan awan. Negara maju dengan tehnologi apapun tidak akan mampu menurunkan hujan apabila kondisi atmosfer tidak mendukung, dalam arti atmosfer tidak memiliki uap air yang banyak yang diperlukan untuk pembentukan awan.

c. Metodologi Pelaksanaan

Selama periode pelaksanaan TMC, setiap harinya dilakukan pemantauan atmosfer untuk mengetahui kondisi keawanan di daerah target , serta kondisi atmosfer di sekitarnya. Ini dilakukan untuk menentukan strategi eksekusi penyemaian awan setiap hari agar tercapai hasil sebagaimana diharapkan. Dua tools yang sangat penting untuk keperluan ini adalah Citra Awan (cloud imagery ) dan sounding Atmosphere ( atmospheric sounding). Selain itu, untuk menunjang pemantaun tersebut juga digunakan analisis data cuaca sinoptik ( pola tekanan udara dan angina gradien ) dari Biro metereologi Australia (http://www.bom.gov.au ).

d. Kondisi Lapangan pelaksanaan Misi TMC

Ini adalah kali kedua penulis melaksanakan dukungan hujan buatan selama program ini dicanangkan pada tahun 2006. Sebelumnya skadron Udara 32 dengan kekuatan 1 buah pesawat C-130 hercules mendapat tugas standby dari pangkalan udara Halim Perdana Kusuma. Sedangkan Skadron udara 31 dengan 1 pesawat C-130 Hercules standby di lanud Banjarmasin. Waktu itu pesawat yang home base di lanud Halim dikonsentrasikan untuk wilayah Sumatera dan sekitarnya. Sedangkan pesawat yang di banjarmasin dikonsentrasikan untuk wilayah Kalimantan dan sekitarnya. Pada saat pertama kami observe di wilayah sumatera dan Kalimantan, kondisi titik – titik api sangat banyak dan sporadis . Pada umumnya pada ketinggian dibawah 9000 ft kondisi smoke sudah mulai mengurangi jarak pandang. Meski demikian secara samar-samar kita masih bisa contact ground dan mengidentifikasi titik-titik api tersebut. Sebagia besar titik-titik api tersebut di wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk atau di lahan terubuka. Sangat sesuai dengan apa yang dapat informasi dari laporan media masa dan cetak bahwa memang kondisi pembakaran hutan ini lebih banyak dikondisikan dan disengaja oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Saat ini kami bertugas melaksanakan seeding bahan semai di wilayah Kalimantan Selatan. Setiap harinya kami membawa bahan semai sebanyak 4 sampai 6 ton untuk sekali penerbangan. Rata-rata kami menghabiskan 3 sampai dengan 4 jam terbang setiap harinya. Dalam dunia penerbangan sudah menjadi ketentuan bahwa akan selalu mencari kondisi yang clear of weather dalam arti menghindar dari perawanan. Ironisnya dalam penerbangan kali ini kami cenderung mencari awan-awan yang biasa kami hindari tersebut. Sehingga setiap hari kita memburu awan-awan yang tentunya sesuai dengan syarat dan mempunyai potensi hujan yang sesuai ketentuan secara sains . Tak salah bila kita mendapat julukan sang pemburu awan saat ini.
Terlihat pemandangan dari atas titik-titik api yang menyebar di permukaan. Dengan penuh harap sedikit banyak usaha kami dapat mengatasi permasalahan kebakaran hutan yang menjadi suatu kegiatan yang terkesan disengaja oleh beberapa oknum warga Negara yang sangat tidak bertanggung jawab. Kondisi pagi hari kondisi di wilayah Kalimantan dan sekitarnya sangat memprihatinkan, jarak pandang cukup terbatas dan udara segar menjadi suatu keniscayaan bagi warga masyarakat.

e. Perlukah si Hercules buat Negara Kesatuan Republik Indonesia ??????

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau baik kecil maupun besar yang dihubungkan oleh Samudra dan selat, terbentang dari sabang sampai merauke mempunyai kerentanan terhadap adanya beberapa ancaman. Apabila penulis klasifikasikan Ada ancaman manusia dan ancaman dari Alam. Ancaman dari Alam berupa fenomena Alam yang secara alami terjadi sebagai hukum sebab akibat dalam kehidupan manusia berupa Bencana Alam. Ancaman dari manusia berupa naluri dasar manusia dalam penguasaan wilayah agresi,kapitalisme,Imperialisme yang terbungkus secara modern di era millennium ini serta kegiatan manusia yang mengakibatkan ketidak seimbangan kondisi alam (global warming).
Sampai dengan 10 tahun kedepan banyak futurerolog mengatakan bahwa Negara kita tidak akan mengalami konflik perang terbuka. Sehingga bila kita kaitkan dengan kondisi kedepan tersebut, maka titik berat perhatian konsep pertahanan Negara lebih di fokuskan pada operasi militer Selain perang yang didalamnya lebih memerankan Air Power sebagai penopang Kegiatan operasi udara dalam mengatasi segala ancaman baik bencana alam maupun kegiatan di masa damai.
Peran pesawat C-130 Hercules cukup besar dalam beberapa kondisi. Penanggulangan akibat bencana alam,operasi penggelaran pasukan, operasi kemanusiaan, dan masih banyak kemampuan yang dapat ditopang oleh pesawat ini. Sebagai generasi muda pengawak pesawat ini berharap bahwa kebanggaan sebagai crew pesawat C-130 Hercules membuat kita semakin professional dalam berkarir sebagai anggota TNI AU. Semoga kejayaan ini akan terus dapat ditingkatkan dengan dukungan dari pemerintah dalam meninjau urgensi pesawat C-130 Hercules sebagai alat Negara yang perlu diperhitungkan existensinya…. Akhirnya sebagai generasi muda berharap semoga Jaya selalu di Angkasa.

“SWDYAYAJNANA ANURAGA BHAKTI NAGARA”

Tidak ada komentar: